Box Layout

HTML Layout
Backgroud Images
Backgroud Pattern
  • PORTAL KATINGAN
blog-img-10

Posted by : DennyPidjath PKP

PENUTUPAN FESTIVAL TANDAK INTAN KAHARINGAN IX DAN MUSDA V LPT-IK KABUPATEN KATINGAN 2025: REFLEKSI BUDAYA DAN SEMANGAT PELESTARIAN WARISAN LELUHUR

Portal Katingan - Pemerintah Kabupaten Katingan secara resmi menutup rangkaian kegiatan Festival Tandak Intan Kaharingan IX tingkat Kabupaten Katingan tahun 2025 serta Musyawarah Daerah ke-V LPT-IK (Lembaga Pengembangan Tandak Intan Kaharingan). Penutupan dilakukan langsung oleh Penjabat Sekretaris Daerah Kabupaten Katingan, Deddy Ferras, yang berlangsung di Sport Center Kasongan, Sabtu (28/6/2025).

Dalam sambutannya, Deddy Ferras menegaskan bahwa Festival Tandak Intan Kaharingan bukan sekadar ajang seni dan budaya, tetapi juga ruang refleksi spiritual yang sakral bagi masyarakat Dayak. Festival ini menjadi sarana penting dalam melestarikan dan menghidupkan kembali nilai-nilai luhur warisan leluhur, serta memperkokoh identitas budaya di tengah derasnya arus globalisasi.

"Festival ini adalah momentum untuk menumbuhkan kembali kecintaan generasi muda terhadap budaya sendiri. Jangan sampai modernisasi menggerus jati diri kita sebagai bangsa yang kaya akan nilai dan tradisi,” ujar Deddy dengan penuh semangat.

Selama beberapa hari, Festival Tandak Intan Kaharingan IX menyuguhkan berbagai lomba dan pertunjukan tradisional, mulai dari tandak, kandayu, tarian ritual, karungut, hingga kompetisi pembuatan sarana upacara ritual. Keseluruhan rangkaian tersebut menggambarkan betapa kayanya khazanah budaya lokal dan kearifan spiritual yang hidup di tengah masyarakat Dayak Katingan.

Kemeriahan festival ini tidak hanya menarik perhatian masyarakat lokal, tetapi juga mencerminkan komitmen kuat seluruh pemangku kepentingan terhadap pelestarian budaya. Deddy menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada seluruh panitia, peserta, pengurus LPT-IK, pihak keamanan, media massa, para donatur, hingga masyarakat luas yang telah bahu-membahu demi kesuksesan acara tersebut.

Penutupan festival sekaligus menandai berakhirnya Musyawarah Daerah ke-V LPT-IK Kabupaten Katingan yang telah berjalan dengan aman, tertib, dan penuh semangat musyawarah mufakat. Agenda penting ini menghasilkan susunan program kerja baru dan memilih kepengurusan LPT-IK masa bakti 2025–2030.

"Musda ini adalah wadah strategis untuk memperkuat kelembagaan, menyusun arah pengembangan ajaran leluhur secara terstruktur, dan membangun sinergi antara tokoh agama, pemerintah, serta masyarakat,” tutur Deddy.

Ia berharap kepengurusan baru dapat menjadi motor penggerak utama dalam pembinaan umat dan pengembangan budaya Kaharingan secara berkelanjutan, termasuk dalam pelestarian seni manandak sebagai bagian penting dari identitas spiritual masyarakat Dayak.

Dalam kesempatan itu, Deddy juga memberikan ucapan selamat kepada para peserta terbaik dari berbagai perlombaan yang akan menjadi delegasi Kabupaten Katingan pada Festival Tandak Intan Kaharingan tingkat pusat di Muara Teweh, Kabupaten Barito Utara. Ia berpesan agar para juara terus meningkatkan kemampuan dan menjaga semangat kompetisi dengan menjunjung tinggi nilai budaya dan sportivitas.

"Untuk yang belum berhasil meraih juara, jangan berkecil hati. Teruslah berlatih, karena semangat dan ketekunan hari ini adalah fondasi bagi keberhasilan di masa depan,” tambahnya.

Pemerintah Kabupaten Katingan juga menegaskan komitmennya untuk terus mendukung penguatan lembaga keagamaan dan budaya, termasuk dalam hal penyediaan sarana dan prasarana yang memadai. Dalam konteks ini, Deddy menyampaikan bahwa Pemerintah Daerah akan menjamin rasa keadilan bagi seluruh pemeluk agama, termasuk umat Hindu Kaharingan yang telah berkontribusi nyata dalam pembangunan daerah.

"Pelestarian budaya lokal adalah bagian dari pembangunan berkelanjutan. Budaya bukan hanya soal masa lalu, tetapi juga menjadi pondasi bagi arah masa depan,” pungkas Deddy.

Penutupan Festival Tandak Intan Kaharingan IX dan Musda V LPT-IK ini menjadi penanda kuat bahwa Kabupaten Katingan tidak hanya menjaga budaya leluhur sebagai warisan, tetapi juga menjadikannya sebagai kekuatan hidup untuk membentuk masyarakat yang berakar pada nilai, berdaya saing di era global, dan tetap membumi dalam kearifan lokal.